Jumat, 29 Maret 2013

Sholat di Mesjid


Mesjid Agung Al Karomah Martapura Kalimantan Selatan
 dok pri

Ketika aku pulang kerja anak-anak sedang nonton TV. Kemudian mereka bermain. Deuh kakak belum sholat Asar. Aku ingatkan malah adiknya berkata, “Tidak! Tidak boleh!”
“Sebentar saja Dek,” ujarku. Ia mengangguk.
Jelang Magrib. Mereka masih saja bermain. Aku mandi. Ketika azan tiba aku masih saja belum selesai. Aku sedang berhalangan sholat jadi tak terburu-buru.
Biasanya anak-anak ke mesjid. Kudengar dari kamar mandi mereka masih riuh dengan permainannya. Aku berteriak, “Azra cepat ke mesjid. Adek juga!” Bukan contoh yang baik berbicara dari kamar mandi dan berteriak.
“Tidak. Aku maunya abang dan aku sholat di rumah saja.” Aku membahasakan panggilan dengan kakak sedang mereka maunya abang.
Terdengar Kakak membujuk, “Dek, mau masuk surga gak? Di sana enak. Adek mau minta apa saja Allah akan beri. Makanya sholat ke mesjid, Dek?"
“Aku gak mau.”
“Hah Adek mau masuk neraka?”
“Ya deh aku mau ke mesjid.”
Terdengar mereka membuka pintu lalu suara sandal sayup-sayup. “Tuplak. Tuplak.”
Sebenarnya aku tak setuju kata-kata neraka disampaikan pada anak kecil. Aku lebih senang surga. Beribadah membayangkan yang indah. Tentu saja kalau sudah paham lebih baik ibadah dikaitkan dengan Allah.
Ketika sholat Isya, rewardnya lebih gampang Adek mau ke mesjid asal aku membuatkan es teh untuknya.


Diedit oleh Riana Wulandari:

Sholat di Mesjid

Ketika aku pulang kerja, anak-anak sedang menonton tv (huruf kecil). Kemudian, mereka bermain. Deuh, (koma) kakak belum sholat Ashar. Aku ingatkan malah adiknya berkata, “Tidak! Tidak boleh!”
“Sebentar saja, (koma) Dek,” ujarku. Ia mengangguk.
Jelang Maghrib. Mereka masih (saja di hapus) bermain. Aku mandi. Ketika adzan tiba, aku masih (saja dihapus) belum selesai. Aku sedang berhalangan sholat, jadi tidak (tak diganti) terburu-buru.
Biasanya anak-anak pergi (ditambah kata pergi) ke mesjid. Kudengar dari kamar mandi, mereka masih riuh bermain (dengan permainannya diganti bermain). Aku berteriak, “Azra cepat ke mesjid! (tanda titik diganti tanda seru) Adek juga!” Bukan contoh yang baik bila (ditambah kata bila) berbicara dari kamar mandi sambil (dan diganti sambil) berteriak.
“Tidak! (tanda titik diganti tanda seru) Aku mau (maunya diganti mau) Abang (Abang memakai huruf besar) dan aku sholat di rumah saja.” Aku membahasakan panggilan dengan 'kakak' (pakai tanda kutip), (pakai koma) sedangkan mereka lebih suka memanggil (maunya diganti) 'abang'(pakai tanda kutip).
Terdengar Kakak membujuk, “Dek, mau masuk surga enggak? Di sana enak. Adek mau minta apa saja Allah akan beri. Makanya, sholat ke mesjid, Dek. (tanda tanya diganti tanda titik)"
“Aku enggak mau.”
“Hah? (diberi tanda tanya) Adek mau masuk neraka?”
“Ya deh, (koma) aku mau ke mesjid.”
Terdengar mereka membuka pintu lalu suara sandal sayup-sayup. Tuplak. Tuplak.
Sebenarnya, aku tidak (tak diganti tidak) setuju kata-kata neraka disampaikan pada anak kecil. Aku lebih senang surga. Beribadah membayangkan yang indah. Tentu saja, kalau sudah paham, lebih baik ibadah dikaitkan dengan Allah.
Ketika sholat Isya, reward-nya lebih gampang.(titik) Adek mau ke mesjid asal aku membuatkan es teh untuknya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar